Goa Pindul & Sungai Oyo
Gunung Kidul, Yogyakarta
11 Juli 2012
Rabu
itu, kami ber-9 'menunaikan kewajiban' sebagai mahasiswa pengangguran (lebih
tepatnya menganggurkan) pasca presentasi Pra TA atau skripsi dengan mengunjungi
sebuah tempat wisata yang ada di bagian timur Propinsi DIY. Goa Pindul menjadi
tujuan utama kami pagi itu. Berangkat dari Kampus Arsitektur UGM (kurang lebih)
pukul 09.30, molor satu setengah jam dari agenda awal, biasalaaah namanya juga
Indonesia. Salah satu penyebab kemoloran adalah saya sendiri yang baru bangun
pukul 07.30, biasalaaah namanya juga
mahasiswa pengangguran. :D
Perjalanan
dari kampus ke tempat wisata memakan waktu kurang lebih 1,5 jam dengan dua buah
kendaraan roda lima (satunya ban cadangan :p). Kondisi sepanjang perjalanan
cukup lancar dengan melewati jalan wonosari. Cuaca siang itu juga cukup
bersahabat, awalnya mendung tapi tidak turun hujan.
Sesampainya
di sana, kami bergegas menuju tempat pendaftaran. Eits tapi tunggu dulu, salah
satu dari kami ada yang menjadi bagian dari KKN di desa ini tahun lalu, jadi
kita tergolong wisatawan khusus. Tapi
tetap membayar kok. :D
Setelah menunggu
(tidak) lama kami kemudian ganti pakaian lalu menggunakan pelampung dan
berjalanlah kami menuju pintu masuk Goa Pindul.
Pintu keluar Goa Pindul
Jadi, sebelum menemukan pintu masuk goa ini, anda akan melihat pintu keluar terlebih dahulu karena pintu masuk goa lokasinya sedikit memutar.
Pintu keluar Goa Pindul
Kiri (berdiri) - kanan searah jaru jam :
Alfa, Febrian, Qoni, Putut, Obi, Pancar, Ihsan, Ahim (saya), dan Bayu.
Pintu masuk Goa Pindul
Ihsan, wisatawan sekaligus pemandu :)
Di atas Goa Pindul ini dulunya pernah dipakai untuk sarang walet
Panjang
goa sekitar 150-250 meter dengan pembagian zona tertentu yang saya tidak hafal
namanya. Di akhir2 perjalanan menelusuri goa, ada tempat yang bisa dipakai
untuk bermain air bagi para pengunjung. Di tempat inilah kami turun dari ban
yang kami pakai dan kemudian mencoba lompat dari bebatuan di pinggir goa. Tak
puas dengan ketinggian 'titik loncat' yang di dalam goa, kami mencoba untuk
melompat dari 'titik loncat' yang ada tepat di pintu keluar goa pindul.
Ketinggian titik loncat ini bisa dikatakan 2x dari yang pertama.
Obi
Pancar
Qoni
Alfa
Ihsan
Febrian
Bayu
Putut
Ihsan & Obi
Saya yang terakhir
Masih mending blur-lah, daripada tidak ada sama sekali. :)
Photo by : Ihsan
Ihsan
Photo by : Pancar
Qoni
Photo by : Pancar
Alfa
Photo by : Pancar
Saya
Photo by : Pancar
Putut
Photo by : Pancar
Obi
Photo by : Pancar
Setelah
menelusuri goa, perut kami pun mulai memainkan musiknya sehingga memaksa kami
untuk singgah sebentar di tempat makan untuk menyantap satu mangkok bakso dan
satu gelas minuman hangat. Tak puas dengan penelusuran di Goa Pindul, kami pun
menginginkan menelusuri Sungai Oyo yang katanya jauh lebih panjang. Tapi apa
daya, beberapa dari kami hanya membawa dana yang terbatas sehingga kami
memutuskan untuk mengakhiri perjalanan. Nananananana, saat kami hendak
berpamitan kami malah disuruh untuk menelusuri Sungai Oyo. Pengelola tersebut
bilang "Wis, biaya rasah dipikir". Dengan statement itu, maka kami
langsung saja berangkat ke sungai. Dalam hati saya berkata, "Amaaan!"
:D
Lalu
kami pun diantar dengan menggunakan pick up untuk menuju sungai tersebut.
Jalan menuju sungai Oyo
Sungai Oyo ini ternyata cukup indah untuk
dinikmati dengan beralaskan ban. Suasananya seperti sedang berada di luar
negeri (lebay dikit boleh laaaah). Air sungai berwarna hijau, arus yang tenang,
dibatasi oleh bebatuan serta cuaca yang cerah merupakan sebuah paket yang
dikirimkan Tuhan kepada kami saat itu.
Bisa dibilang tempat ini sebagai tempat peristirahatan karena ada orang yang jual makanan dan minuman ringan.
Di
sungai ini ternyata ada 'titik loncat' yang lebih tinggi dari yang pertama
ataupun yang kedua. Kira-kira 2-3x dari ketinggian titik loncat yang kedua.
Begitu melihat pertama kali, saya langsung mengurungkan niat saya untuk
meloncatinya. Namun saya melihat sikon terlebih dahulu sambil berpikir-pikir kembali untuk memberanikan diri. Seperti
biasa, saya awalnya hanya melihat teman-teman saya beraksi dengan bantuan sebuah alat yang dapat
menghasilkan gambar. Kedelapan teman saya naik ke atas satu persatu dan saya
mengambil gambar mereka, as always. :|
Namun ada satu teman
yang saya tunggu2 cukup lama tapi tidak segera loncat, sampai ada mbak-mbak
berkerudung yang mendahuluinya 2x. Dari mbak-mbak itulah saya terinspirasi
sehingga dalam hati berkata "Mbak-mbak wae wani nganti ping pindo moso aku
wedi, bali-bali tuku kerudung wae nek wedi (mbak2 aja berani sampai dua kali masa
saya takut, pulang2 beli kerudung aja kalo takut)". Lalu saya berpindah
haluan ke seberang dan memanggil teman saya untuk membawakan kamera yang saya
bawa.
Naiklah saya ke tempat itu dan teman saya yang
belum loncat masih ada di situ juga. Kemudian saya melihat kebawah, daaaaan
respon saya langsung misuh sodara-sodaraaaa. Memang tempat tersebut sangat
tinggi, tapi saya tetap pada pendirian karena kata2 motivasi dari dalam hati
saya. Tanpa pikir panjang dan tidak terlalu lama melihat ke bawah, saya ambil
ancang2 dan larilah saya menjatuhkan diri ke air. Benar, apa yang dikatakan
oleh teman saya, saat kita berada di tengah (belum jatuh ke air) ada perasaan
"kok tidak sampai2 ke air padahal udah lama". Sayangnya, karena
keterbatasan waktu (sudah disuruh untuk melanjutkan perjalanan oleh pemandu)
saya hanya melompat sekali. Akhirnya 8 dari 9 orang melakukan
"pendaratan" dengan sempurna.
'Titik loncat' ketiga
Bayu
Alfa
Ihsan
Yang lain baru 1x, dia udah 2x.
Obi
Pancar
Qoni
Putut
Saya
Photo by: Ihsan
Febrian
yang tidak jadi loncat :p
Photo by: Ihsan
Mas Supri (Pemandu)
Photo by: Alfa
Tips untuk memberanikan diri melompati tempat
itu atau sejenisnya (menurut saya dan teman2) : Jangan sering melihat ke bawah, periksa
peralatan keamanan, cari spot terjun yang enak, nggak usah kebanyakan mikir,
tarik napas (dan ambil ancang2), loncatlah (+ teriak bagi yang pengen teriak).
Photo by: Mas Supri
Photo by: Mas Supri
Photo by: Mas Supri
Photo by: Mas Supri
Berfoto bersama di tengah Sungai Oyo
Photo by: Mas Supri
Berfoto bersama di atas pick up yang mengantar kembali ke lokasi awal
Photo by: Mas Supri
Kira-kira begitulah suasana liburan kami rabu itu. Kami berangkat tak terlalu pagi dan tak terlalu siang, pulang juga tidak terlalu sore. PAS!
Oo iya, untuk biaya wisata dengan tarif normal, (katanya) anda akan dikenakan biaya 35 ribu rupiah untuk Goa Pindul dan 45 ribu rupiah untuk Sungai Oyo. Biaya tersebut sudah termasuk dengan pelampung, ban, dan pemandu (kalau saya tidak salah). Bagi anda yang ingin berlibur di daerah Gunung Kidul, anda bisa mencoba tempat wisata ini. Silahkan mencoba!
Feel free to comment. Thanks. :)