Kamis, 09 Februari 2012

Rumah Djoko Pekik

24 Januari 2012

Djoko Pekik merupakan salah satu seniman (pelukis) yang ada di Jogja yang terkenal dengan sebutan "Pelukis Satu Milyar" karena karya-karyanya yang memiliki harga yang sangat tinggi. Lukisan beliau bertemakan kritik sosial dan sampai saat ini masih terus dicari dan diburu oleh para kolektor maupun penggemar lukisan. Beliau hidup di salah satu desa yang ada di Bantul, daerah Gunung Sempu kalau saya tidak salah. Sebelum memasuki rumah, kita akan melewati sebuah jalan kecil yang diapit oleh rimbunnya pohon sehingga sangat terasa sekali nuansa asri dari kompleks rumah beliau. Kompleks? Ya, saya menyebutnya kompleks. Karena katanya, lahan yang ditempati beliau saat ini memiliki luas lebih dari 3 hektar dan terdapat beberapa massa bangunan yang memiliki fungsi berbeda. Dan sebelum menuju tempat parkir di rumah beliau, akan ada tulisan "Hati2 Binatang Kecil" karena beliau memiliki banyak peliharaan, yaitu kucing, anjing, burung, dan merak (kalau saya tidak salah). Kucing dan anjing ini memang dibiarkan saja berjalan-jalan mengitari rumah tanpa memiliki kandang. Bahkan tidak jarang kucing dan anjing tersebut makan bersama-sama.

Jalan menuju rumah Djoko Pekik

Tempat parkir mobil dan motor

Saya berkunjung ke sini karena diajak oleh salah satu teman saya yang sedang mengerjakan Pra TA atau mungkin di tempat anda disebut skripsi. Teman saya sedang menempuh proses tugas akhir dengan mengambil tema redesain rumah seniman. Kemudian rumah dari Djoko Pekik ini menjadi referensinya. Kami (4 orang) ke sini memang dengan tujuan (semacam) survey rumah seniman yang juga dipakai untuk galeri dan studio. Kami datang sore hari dan untungnya Pak Pekik ada di rumah dan tidak sedang istirahat jadi kami bisa mendapat ijin untuk mengelilingi kompleks rumah beliau bahkan kami juga masuk hingga ke rumah pribadi beliau. Memang Pak Pekik ini orang yang baik sekali.

Berdasar informasi dari beliau, rumah ini tidak didesain dengan menggunakan gambar kerja. Jadi rumah ini menggunakan insting atau naluri beliau di lapangan layaknya Romo Mangun saat mendesain Sendangsono, sehingga sebuah gambar sangat tidak dibutuhkan dalam pembangunan rumah ini. Di sekitar rumah ini masih terjaga suasana hijaunya, karena saat pembangunan Pak Pekik tidak melakukan penebangan pohon dan beliau juga memanfaatkan kontur tanah serta mengoptimalkan sungai yang ada di bagian timur rumah menjadi satu kesatuan. Selain rumah, studio, dan galeri di sini terdapat area pertunjukan seni, ruang untuk gamelan (dua ruang atau dua massa bangunan), gudang, dan parkir bis di depan kompleks yang memiliki ketinggian 2 lantai tapi pada lantai 2 tidak berfungsi apa-apa.

Menurut sumber, salah satu orang yang bekerja pada beliau, Pak Pekik ini sering memiliki keinginan-keinginan yang biasanya pada akhirnya beliau dapatkan juga, contohnya ketika beliau ingin beli kentongan, yaaa sudah tinggal beli. Dan biasanya tidak hanya satu buah saat beliau memiliki keinginan tersebut. Contoh lain adalah saat beliau ingin membeli bis, yaa tinggal beli aja. Kemudian saat beliau bingung mau diparkir di mana, ya tinggal bikin satu bangunan untuk parkir bis (yang ada di depan). Masa bikin bangunan hanya untuk parkir bis saja? Yaa sudah tinggal ditingkat, dan pada akhirnya lantai 2 tersebut sampai saat ini masih kosong. Berdasar cerita itu, maka kami tidak heran ketika di rumah beliau ada 2 set gamelan, lonceng, genset, bedhug, dan masih banyak lagi. "Satu lukisan satu milyar sih", canda kami.

Dan pada kesempatan sharing kali ini saya hanya menyertakan gambar yang ada pada eksterior saja (untuk interior hanya beberapa gambar terkait arsitektur saja) karena mungkin untuk interior bangunan atau rumah beliau merupakan privasi dari Pak Pekik beserta keluarga. Enjoy!


Pak Djoko Pekik mempersilahkan kami untuk mengelilingi dan mengambil gambar rumahnya.


Salah satu cucu beliau yang sangat lucu dan grapyak. Sebelas Tiga belas lah sama Afika. :)

Salah satu material yang digunakan pada elemen dinding.

Kombinasi material yang ada di plafond atau atap merupakan salah satu perhatian utama saya karena cukup unik mengingat rumah ini dibangun tanpa gambar.

Burung peliharaan beliau yang bisa ngomong. Jangan kaget saat anda mendekat kemudian disapa oleh burung ini.

Ini juga peliharaan Pak Pekik.

Di halaman rumah beliau ada tempat untuk berkumpul sambil merasakan suasana pinggir kali.

Panorama dari halaman rumah beliau yang masih terjaga vegetasinya dan pemilihan warna cat hijau tua agar terkesan menyatu dengan alam sekitar.

Pemanfaatan kontur pada lahan yang sangat luas.


Rumah beliau juga sering digunakan untuk acara-acara kesenian. Beberapa hari sebelum kami berkunjung, ada event Kasongan Art Festival yang menjadikan Rumah Djoko Pekik sebagai salah satu dermaga untuk wisata susur sungai hingga ke daerah Kasongan, Bantul.
 
Ada dua icon McD yang terpampang di halaman rumah yang katanya merupakan sisa dari karya-karya Biennale beberapa tahun lalu.
 
Panggung yang sering digunakan untuk pertunjukan dan acara-acara kesenian. Salah satunya digunakan saat acara Kasongan Art Festival.

Salah satu instalasi Kasongan Art Festival yang masih ada di halaman rumah Pak Pekik.


Sungai yang ada pada bagian timur dari rumah Djoko Pekik yang juga digunakan untuk wisata susur sungai pada acara Kasongan Art Festival.



feel free to comment. Thanks. :)

4 komentar: