Minggu, 29 Januari 2012

2011 | Oktober | Gunung Lawu

Pendakian Gunung Lawu oleh Khatulistiwa
salah satu BSO atau komunitas di Keluarga Mahasiswa Teknik Arsitektur UGM
1-2 Oktober 2011

 
Pendakian Gunung Lawu oleh 12 mahasiswa arsitektur UGM dan 1 orang mahasiswa UGM non arsitektur. Pendakian ini sudah direncanakan kira-kira 2 minggu sebelum jadwal pendakian (meskipun tidak terencana dengan baik). Dan awalnya memiliki jumlah pendaftar pendaki yang banyak dan pada akhirnya hanya 12 mahasiswa arsitektur UGM yang mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir pendakian. Kegiatan pendakian kali ini bisa dibilang merupakan kegiatan pendakian untuk mengaktifkan kembali KHATTULISTIWA yang dulunya merupakan BSO pecinta alam arsitektur UGM yang sempat vakum selama beberapa tahun. Sekedar informasi bahwa (kurang lebih) sepertiga dari kami mempunyai kegemaran untuk mendaki gunung, sepertiga sudah pernah mendaki gunung, dan sepertiga lainnya baru pertama kalinya melakukan pendakian (termasuk saya pribadi).

Sabtu, 1 Oktober 2011 Pukul 09.30 WIB, 7 orang berangkat dari kampus Arsitektur UGM (2 orang sudah menunggu di Stasiun Lempuyangan dan 4 orang menyusul naik motor dan bertemu di Cemara Kandang) menuju Stasiun Lempuyangan dan berhasil mendapat tiket Prameks pukul 11.15 namun ternyata kita boleh menaiki kereta Madiun Jaya yang kira-kira 30 menit berangkat lebih awal dan berhenti di Stasiun Solo Balapan dengan 9 orang. Dari stasiun balapan kami berjalan kaki menuju terminal, namun di tengah perjalanan kami menemukan bis yang menuju Terminal Tawangmangu. Setelah sampai di Terminal Tawangmangu,kami naik colt atau angkot untuk menuju Cemara Kandang yang merupakan titik awal pendakian. Dan sudah merupakan kebiasaan bahwa dalam satu colt bisa membawa 16 orang (termasuk sopir) dalam sekali angkutan. Sampailah kami di Cemara Kandang pukul 14.00 WIB. Sembari menunggu 4 orang teman kami yang menyusul naik motor, kami (9 orang) menyempatkan diri untuk mengisi perut kami yang tampaknya sudah mulai bernyanyi di tengah kekosongannya.




Kami berencana untuk memulai pendakian pukul 15.30 WIB dengan 13 orang, namun karena 4 orang teman kami baru sampai di Cemara Kandang pada waktu tersebut, maka 9 orang dari kami memutuskan untuk memulai pendakian terlebih dahulu dan akan berjumpa kembali di Pos 3. Perjalanan masih terasa menyenangkan saat menuju Pos 1 dengan menempuh waktu 1,5 jam. Dan saat menempuh Pos 2 , di tengah perjalanan hari sudah mulai gelap dan kami harus menyalakan lampu senter yang kami bawa. Dan seperti pendakian lainnya, kami pun dengan sendirinya terpisah menjadi 2 rombongan meskipun tidak terpaut jauh antar kedua rombongan dan kami masih saling menunggu pada lokasi-lokasi tertentu yang cukup landai untuk menunggu teman-teman kami. Kami sampai di Pos 2 dengan ketinggian 2470 dpl pada pukul 18.00 WIB. Dengan ketinggian itu kami sudah mulai merasa dingin dan kami pun memakai jaket dan sarung tangan yang kami bawa untuk melanjutkan pendakian. Tetapi ada satu hal yang akan saya ingat jikalau saya melakukan pendakian lagi, yaitu membawa sarung tangan yang menutupi seluruh bagian telapak tangan hingga ke jari dan membawa topi atau kupluk atau semacamnya, tapi apa daya karena yang saya miliki hanya "sarung tangan separuh" dan slayer abu-abu untuk menutupi kepala dari kedinginan.







 
Kami sampai di Pos 3 kira-kira pukul 20.15 WIB dan 4 orang teman kami datang setengah jam setelahnya. Dan di pos ini kami mengisi perut kami kembali dengan bekal yang kami bawa. Ada sebuah kejadian yang (mungkin) tidak akan dilupakan oleh kami semua, yakni saat hendak menyajikan mi instan yang telah dimasak, mi tersebut jatuh ke tanah dan alhasil kami pun memasak mi kembali dengan harapan tidak jatuh ke tanah lagi. Namun karena beberapa dari kami sudah merasa sangat lapar, mi instan yang jatuh ke tanah tersebut diambil bagian atas (yang tidak terkena tanah) untuk dimakan sebagai pengganti camilan. Di pos ini kami menghabiskan waktu kurang lebih 1,5 jam untuk mengisi perut dan kemudian melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju Pos 4 merupakan perjalanan yang paling kita senangi saat menuju puncak Gunung Lawu karena kami berjalan bersama-sama dengan seluruh anggota pendakian dan saat berjalan pun sudah menemukan "irama" dan posisi yang jelas. Sampailah kami di Pos 4 pada pukul 23.30 WIB dengan keadaan yang semakin dingin dan menusuk tulang. Di pos ini juga kami bertemu pendaki lain yang telah memasang tenda terlebih dahulu. Setelah beberapa menit kami beristirahat dan hendak berangkat menuju pos berikutnya, kami disuguhi satu gelas besar yang berisi kopi panas oleh orang tersebut. Kami pun menunda perjalanan dan menyempatkan diri untuk meminum kopi panas tersebut. Terima kasih mas.
 


 Perjalanan menuju Pos 5 merupakan perjalanan yang cukup membuat kami frustasi karena jalannya yang begitu terjal ditambah dinginnya malam yang semakin menusuk tulang saat kami beristirahat sejenak di tengah perjalanan. Kami berencana untuk
mendirikan tenda diantara Pos 5 dan puncak Gunung Lawu. Oleh karena itu kami harus sesegera mungkin sampai ke tempat yang kami maksud agar dapat segera beristirahat dan menikmati sunrise di pagi harinya. Setelah sampai di pos 5 kemudian kami ingin melanjutkan perjalanan kami sedikit ke atas di tempat pendirian tenda yang kami inginkan. Dengan rasa frustasi, tiba-tiba kami memiliki pemikiran yang sama, yakni "wis ayo sithik meneh tekan puncak iki, sisanke wae tendane cerak puncak" (ayo sedikit lagi sudah sampai puncak, sekalian tendanya di dekat puncak aja). Maka kamipun mendirikan tenda hanya beberapa langkah dari puncak pada 2 Oktober 2011 pukul 01.00 WIB dan bermalam di ketinggian, kurang dari, 3265 dpl yang merupakan ketinggian puncak Gunung Lawu. Kami pun beristirahat dan berniat untuk menikmati sunrise di pagi harinya.
 



Saat kami terbangun satu persatu di pagi harinya dan mendengar teriakan orang-orang yang sedang menikmati keindahan alam dari puncak Gunung Lawu, kami pun bergegas melangkah menuju puncak dan akhirnya kami bisa menikmati sunrise di tengah kedinginan yang kami rasakan. Kamera yang saya tenteng dari awal pendakian hingga puncak pun sudah lembab. Kami melakukan apa yang pendaki lain lakukan, yakni (seolah-olah) menghentikan waktu agar di kemudian hari kami bisa mengenang apa yang telah kami lakukan, lewat foto. Setelah kami foto-foto di puncak, kami memulai untuk menyiapkan makanan yang telah kami bawa untuk dibuat sebuah menu sarapan spesial (baca: alakadarnya) di puncak gunung. Dan setelah perut kami terisi semua, kami pun beristirahat sejenak sambil ngobrol dan bercanda tawa sembari menunggu jarum jam menunjuk pukul 10.00 WIB yang merupakan rencana awal kami untuk turun gunung.






Kami mengambil jalur ke Cemara Sewu untuk menuruni gunung yang terkenal oleh cuaca dinginnya ini. Karena langkah kami tak sekuat saat hari sebelumnya, maka kami lebih sering beristirahat di tengah perjalanan untuk menuju tiap pos. Untuk melangkah menuju satu pos berikutnya, kami tak hanya beristriahat sesekali namun berkali-kali. Dan di tiap pos, kami menunggu teman kami yang terpisah di belakang kemudian setelah semua berkumpul dan beristirahat sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya dengan bersama-sama, setidaknya hingga beberapa puluh meter ke depan.
Kami mulai terpisah menjadi 2 rombongan yang cukup jauh jaraknya saat menuju Pos 1 yang jalannya terkenal jauh dan membuat para pendaki merasa frustasi. Namun saat perjalanan dari Pos 2 ke Pos 1, secara pribadi saya sangat bangga, lelah,
capek, emosi, dan terharu terhadap apa yang telah saya lakukan. Saya telah menjalani perjalanan panjang itu tanpa melakukan satu istirahat pun dengan alasan (dalam hati),"ayooo nek ra disikat saiki selak sikile tugel ning dalan" (ayoo kalau tidak dilibas sekarang nanti malah kaki yang patah di tengah jalan). Dan berdasar sugesti terhadap diri sendiri tersebut saya melangkah tanpa henti meskipun kaki saya sebenarnya telak menolak melangkah namun otak dan hati saya masih memberi semangat terhadap tiap langkah saya. Terima kasih Tuhan atas bantuanmu. Saat sampai di Pos 1, saya masih
sendiri untuk beberapa menit dan menunggu teman-teman yang lain. 10 menit berselang datanglah 4 orang teman dan kami berlima mengobrol dengan orang yang mengaku dirinya keturunan Kerajaan Mulawarman yang berasal dari Kalimantan Timur yang telah berjalan kaki dari Madiun-Jogja-Pantai Parangtritis-Jogja untuk tujuan ritual. Beliau tidak membawa barang-barang apapun kecuali pakaian yang dipakai dan satu buah HP. Bahkan uang pung tidak. Beliau sudah menyusuri sebagian Pulau Jawa dalam waktu kira-kira 4 bulan dengan tidak membawa apa-apa dan katanya beliau "ingin mencoba hidup kere" karena di daerah asalnya beliau merasa diperbudak oleh hartanya. Itu hanya cerita singkat dari apa yang beliau ceritakan kepada kami.

 

Setelah 40 menit saya menunggu, teman yang datang baru bertambah satu orang dan kami berlima pun memutuskan untuk turun terlebih dahulu menuju Basecamp Cemara Sewu. Jalan menuju basecamp memang tidak jauh dan hanya ditempuh dengan waktu 30 menit. Namun jalan yang turun terus seperti sebuah ramp ini membuat kaki tidak bisa berjalan normal dan saya pun berjalan layakya seorang model dengan lenggak lenggok kaki yang seperti sudah ingin dicopot dari anggota tubuh saja. Kami berlima sampai di Cemara Sewu pada pukul 14.00 WIB dan baru berkumpul dengan 8 orang lainnya kira-kira 50 menit berikutnya. Pada pukul 15.30 WIB kami kembali ke Stasiun Solo Balapan dengan menggunakan colt dan 4 orang dari kami menaiki motornya.
Setelah sampai Stasiun Balapan, kami mendapat tiket Prameks dengan jam keberangkatan 17.51 WIB dan saat menunggu kereta api yang akan kami naiki, kami menyempatkan untuk berfoto di stasiun untuk terakhir kalinya dalam perjalanan kali ini.
Sesampainya di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta, kami langsung bergegas untuk pulang menuju Kampus Arsitektur UGM untuk beristirahat dan mengobrol bersama teman-teman yang ada di kampus. Kemudian pada pukul 19.30 WIB kami semua pergi untuk makan malam bersama di rumah makan padang yang ada di daerah sekitar Jalan Gejayan. Dan dengan adanya acara makan malam bersama ini, maka perjalanan Pendakian Gunung Lawu ini pun (bisa dikatakan) diakhiri dan kembalilah kami ke kehidupan arsitektur kami. Terima kasih teman-teman semua atas dukungan dan kerjasamanya dan tak lupa saya mengucapkan Terima kasih untuk Tuhan YME yang telah memberi segalanya kepada kami.



Tulisan ini dibuat bukan untuk tujuan buruk bukan untuk tujuan menyombongkan individu, pihak, kelompok, komunitas, ataupun instansi manapun. Tulisan ini dibuat hanya merupakan keinginan saya pribadi untuk membuat sebuah report mengenai perjalanan ini dan tentunya saya berharap agar orang-orang yang telah capek membaca tulisan yang tidak karuan ini, orang-orang yang pernah mengalami hal ini sebelumnya, dan atau orang-orang yang ada di belahan dunia manapun untuk menghargai dan bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita semua dan agar kita dapat lebih memahami tentang apa makna dari sebuah kehidupan yang sesaat ini. Ingatlah bahwa Kehidupan yang kita jalani ini sangat berarti, oleh karena itu jangan sia-siakan kehidupan ini untuk sesuatu yang jauh dari kata manfaat.
Sekian dan terima kasih :)


untuk lebih lengkapnya, silahkan lihat di sini 
feel free to comment. Thanks. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar